pasoneMAGZ

Majalah Online SMA Pasundan 1 Bandung by Nalispatu & KIR

How to Defeat Your Enemies


Artikel oleh Desca, 12B1

Membeku bagaikan batu yang di simpan di atas bangku kayu, terpaku melihat selembar kertas yang terlihat kosong, wajahku pucat pasi . ‘mereka’ menertawakanku terbahak. Semuanya seakan mencemoohkanku. 

Rasanya ingin sekali ‘membunuh’ penjahat-penjahat ini dengan tangan kosong, seperti di anime kebanyakan, tokoh utama akan selalu menang.

Aku tidak suka belajar, jujur saja. Tidak suka terkekang dengan kebiasaan rutin yang seharusnya aku lakukan. Sekolah-pulang, sekolah-pulang. Datang ke sekolah hanya terdiam duduk dan memperhatikan. “inilah hidup” gerutuku dalam hati.

Pelajaran yang aku tidak terlalu  suka adalah pelajaran matematika. Tidak dapat di pungkiri kalau aku begitu lemah dalam matematika. “Aku tidak suka karena aku tidak bisa”, Aku tidak memiliki dasar yang bagus untuk menggemari ‘mereka’. Terkadang ada rasa minder ketika teman-temanku begitu lihai menggerakan tangannya, mereka terkadang senang dan sesekali tersenyum kalau sudah mendapatkan jawabannya. Terlebihrasanya begitu membosankan kalau tidak ada ‘varian’ baru dalam mempelajarinya. Ketika itu saya berfikir , bagaimana kalau matematika di praktekan secara langsung, khususnya program linier, mungkin di adakan bazar atau semacamnya?.

Di masa pencarian jati diriku ini sekarang, ada baiknya aku banyak bertanya: mengapa kalian begitu menyukai matematika?

Kebebasan

Waktu SD, kita diajarkan bawah 1+1=2, padahal sebenarnya matematika memberikan kebebasan untuk menentukan 1+1. Hasil 1+1 tergantung dari sistemnya. Pada bilangan desimal 1+1=2. Pada bilangan biner 1+1=10, pada ( Grup bilangan bulat modulo 2 )  1+1=0. Matematika memberikan kita kebebasan untuk membuat sistim dimana hasil 1+1 sesuai keinginan. Selama kebebasan tersebut dilandasi dengan logika.

Melebihi Imajinasi

Einstein pernah berkata:

Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited to all we now know and understand, while imagination embraces the entire world, and all there ever will be to know and understand.

Jujur saya kurang  setuju dengan pernyatan Mbah Einstein, Karena imajinasi kita juga terbatas. Coba kamu bayangkan bentuk bola pada dimensi 10. Tidak sanngup, dimensinya ketinggian kali yach. Okey kalau gitu bola di dimensi 6 bagaimana rupanya? Masih tidak sanggup, ya udah di dimensi 4 aja dech, dimensi yang satu tingkat lebih tinngi dari dimensi yang kita tempati yaitu dimensi 3, bagaimana wujud bola di dimensi 4? Juga tidak sanggup. Meskipun kita tidak mampu membayangkan bagaimana bentuk bola pada dimensi yang lebih tinggi dari dimensi 3 tetapi matematika mampu menghitung volume bola dan luas permukaannya serta mengetahui karakteristiknya pada dimensi berapa pun.

Tidak terikat kenyataan

Di dunia nyata kita mustahil memecahkan suatu bola, sebut saja bola A lalu menyusun ulang pecahan-pecahannya menjadi 2 bola yang identik dengan bola A. Kita juga mustahil memecah sebuah bola berukuran kelereng lalu menuysun ulang pecahan-pecahannya menjadi bola seukuran mathari. Akan tetapi di dunia Matematis hal tersebut bisa saja terjadi, yang dinamakan Paradoks Banach-Tarski.

Dosen Skripsi saya dulu, Bu Diah Junia pernah mengatakan matematika itu Ilmu langit untuk menunjukkan bahwa matematika terlepas dari kenytaan.

Matematika itu dongeng

Menurut saya matematika tidak ada bedanya dengan dongeng. Dalam dongeng kita bicara tentang kuda bersayap, peri, putri duyung, pokoknya sesuatu tidak ada di dunia nyata. Begitupula dengan matematika berbicara sesuatu yang tidak nyata. Objek studi Matematika hanya lah konsep-konsep yang ada dikepala kita. Bahkan bilangan 1,2,3,4… yang sudah kita kenal sejak kecil sebenarnya tidak ada. Bilangan adalah  konsep yang kita gunakan untuk menghitung atau mengukur. Bagi saya matematika adalah dongeng yang amat menarik, penuh petualangan, penuh kejutan. Dongeng yang membuat peradaban manusia berkembang. Dongeng yang mampu menjelaskan banyak hal. Dongeng yang membuat kita bisa ke bulan atau menyelam ke dasar lautan.

Cantik

H. Hardy pernah berkata ;

The mathematician’s patterns, like the painter’s or the poet’s must be beautiful; the ideas, like the colors or the words must fit together in a harmonious way. Beauty is the first test: there is no permanent place in this world for ugly mathematics.

Kecantikan matematika mungkin hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang mendalaminya saja. Orang awam sulit melihat betapa cantiknya ,  betapa mempesonanya , betapa elegannya Teorema Fundamental Kalkulus.

Kesenangan

Mungkin inilah alasan utama saya menyukai matematika. Pada diskusi Pi, maret kemarin Prof Iwan Pranoto dari Matematika ITB mengatakan:

Mathematics for Leisure Sedangkan Mas Herry kakak kelas saya yang sedang menempuh Program Doktor di Jerman pernah berkata:

Belajar matematika bagi saya kadang-kadang saya anggap sebagai senam otak dan bertujuan untuk kepuasan batin,

https://ariaturns.wordpress.com/2013/05/03/mengapa-saya-suka-matematika/

Dan aku Tanya seorang teman saya yang sangat addicted terhadap matematika:

“Karena matematika  mengajarkan kita bahwa setiap masalah itu ada solusinya :)” singkat Debby Shafira XIIB1

Bagaimanasih cara menaklukan si matematika ini?
Dari beberapateman yang saya Tanya, semuanya pasti bilang “kamu harus suka dulu pelajarannya”.What??! Tidak Semudah itu cara mempraktekannya, bahkan aku sendiri tidak tahu apa kesenangannya, apa kecantikannya, bahkan apa rasa bahagia yang di kandung dari si angka-angka ini. !

Kira-kiraapaya yang membuat matematika begitu kurang di sukai?

Jujursaja yang pertama,

  1. rasa malas

rasamalas yang begitu ‘menggebu’, takjarang orang bilangkalau rasa malas bisa menghancurkan semuanya. Nah, bagaimana cara menghilangkan rasa malas itu? Mungkin yang paling pertama adalah membuat sebuah jadwal aktifitas dari pagi sampai malam, dan buat sebuah ‘aksi’ yang membuat kalian jera agar tidak melakukan itu lagi. Misalnya ketika kamu lupa belajar matematika, lalu kamu berjanji kalau kamu males ngerjain matematika kamu akan nyuci baju hari itu juga. Kalau bajunya banyak, kalian akan memilih mengerjakan matematikakan? :’D

  1. percaya diri

kamu tau kenapa percaya diri bisa berpengaruh terhadap kehidupan kamu? Mungkin memang aku juga merasakannya seperti contoh “saya takut salah”“atau karena gurunya terlalu ‘baik’ jadi kalian takut nanya dan yang paling parah lagi, kalian nyontek sama temen. :/

solusinya kita harus berani salah, seperti kata iklan “berani kotor itu baik” . kita juga harus berani salah, dan berani bertanya. Dan hindarilah menyontek, karena dengan menyontek kalian akan merugikan banyak pihak terutama pihak diri kamu sendiri.

  1. Hemm… mungkin Motivasiya ?

Hihi..motivasi juga berdampak terhadap pembelajaran matematika yang kamu terima, coba dari sekarang kita cari motivasi untuk kehidupan per-‘matematikaanmu’. Mungkin kamu yang punya pacar, mulai sekarang saling ingetin satu sama lain. “sekarang saya harus pintar matematika, demi anak dan cucu kita kelak” #plak. Atau mungkinjuga “saya mau pintar matematika, tolong semangatin aku ya…!”  atau lagi “saya mau pintar matematika, hari minggu rutin kita belajar matematika ya, kalo nilai uas matematika jelek kita saling traktir coklat :P” . banyak motivasi yang bisa kita cari, terutama kedua orang tua kita yang pasti bakalan selalu support kita dimana mereka berada, “mama, aku akan pintar matematika, dan satu ketika aku akan membawa mama ke tanah suci karena matematikaku.” Well, theres so many motivation we can get di manaaja. Ahaha… terlebih kalau guru matematikanya ganteng dan mencrang. Kita jadi lebih semangat belajar haaha..*hanyabercanda*

Semoga artikel ini bisa berguna untuk kalian semua, maaf kalau ada kalimat yang tidak meng-enakan di mata kalian 😀 InsyaAllah saya juga sedang menerapkannya.. (^_^ V ) wasallaaamm…

 

Leave a comment

Information

This entry was posted on December 13, 2014 by in PasoneMAGZ Inspire, PasoneMAGZ Learning and tagged , .

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 24.4K other subscribers

Blog Stats

  • 64,020 hits

Follow me on Twitter